Kamis, 27 Maret 2008

If I Were You

Vantage Point,
bahwa kita butuh mata orang lain untuk mengerti.

Kemarin, malam Jumat tanggal 13, unintendedly, gw nonton sama genggong psycho. Days full of happines.. Awalnya merasa stressed out sama skripsi. Menyadari bahwa ada Jatos di Jatinangor, Gw, Mimz, Ijal, Windu melesat ma Blu ke 21, nonton 10.000BC. How can i regret it? Pulangnya kita nge-attack KFC, ketemulah sama Boyo, Rizky dan Aa Opan yang mo nonton juga. Ga sengaja, kita menemukan Wance-san lagi jadi artis, bantuin temen2 06 bikin film. Wah, pas banget nih sekalian reunian. Komposisi ini genggong pisan..=D Ngeliatnya aja gw jadi berasa muda lagi, kayak masih zaman semester 2-an. Berasa seumur aja sama angkatan 2006 (yee.. ngarep!)=p

Seusia ini kan sebenernya masih dalam masa transisi, dari remaja akhir ke dewasa awal. Daya tarik kebersamaan dengan genggong ini adalah pengaruh dari masa remaja gw. That's okay, "cause we are so young now... and when tomorrow comes you can do it all again", kata Andrea The Corrs. Yah, dinikmati ajalah ya..

Genggong ini akhirnya memutuskan untuk bersama-sama nonton. Takdir menyatukan kami dalam: The Vantage Point. Film terbaik dari tahun 2008 (triwulan pertama). Posisi Resident Evil, Transformer atau Die Hard bisa ga aman nih=p Gak lah. Kata Iwan, genre-nya beda. Ga ada yang akan menggantikan apapun. Kayak genggong ini, hehehe (apaan seeh?). Fyi, selain seru untuk ditonton bareng genggong (yang ada cowo-nya), film ini bisa direkomendasikan untuk nonton bersama gebetan kamu. Ini film yang brilian dan lengkap. Bahkan Ijal bilang, film ini TANPA CELA (walo ga pake Brad Pitt ato cewek se-sexy Angelina Jolie)--> Transformer aja masih ada yang Ijal protes.

Here we comes.

Di film ini, yang sebenarnya cuma menceritakan sekitar satu jam peristiwa, dipersembahkan 8 sudut pandang dari 8 orang yang berbeda. Dengan satu kebenaran. Penjahat sama lalakon sama-sama gw kagumi. Pokonya film ini mendebarkan, tegang... terkejut! lalu merasa puas pada akhirnya. Gila, parah, keren banget! Untuk merasakan semua sensasi itu, ternyata kita perlu punya sudut pandang orang lain. Sudut pandang kita belum tentu se-penting sudut pandang orang lain. Yang pasti, apa yang kita lihat dapat melengkapi suatu kebenaran. Dan orang-orang di sekeliling kita, walaupun hanya sepintas lalu, mungkin aja orang yang paling berpengaruh dalam kebenaran itu. Kita ga akan pernah tau yang sebenarnya, sampai akhir film itu selesai diputar.

Kebayang ya, dalam hidup ini, kita suka sok benar dalam memandang sesuatu. Karena kita cuma pake sudut pandang kita sendiri. Merasa diri paling benar, merasa diri paling berkuasa, merasa bersalah berlarut-larut, atau bahkan merasa diri paling menderita. Padahal, sebanyak apa sih kita menyisihkan waktu untuk turut merasakan sudut pandang yang berbeda? Dalam satu waktu yang sama, menjalani peristiwa yang sama dan menjadi bagian dari kebenaran yang sama.

We just do our part... but we can be a wiser man with use more than a pair of eyes. So, a point of event could us give more and more.. The truth, on a VANTAGE POINT. Yang bisa kita lakukan adalah menjadi diri kita yang terbaik dalam peran apapun, agar kita bisa bersyukur lebih banyak.


You seem to find the dark when everything is bright
You look for all that's wrong instead of all that's right
Does it feel good to you to lean on my parade
You never say a word unless it's to complain
It's driving me insane

If I were you
Holding the world right in my hands
The first thing I'd do
Is thank the stars for all that I have
If I were you

Look at what's around you now
More than you ever dreamed
Have you forgotten how just hard it used to be?

So what's it going to take for you to realize
That all could go away in one blink of an eye
It happens all the time

If I were you
Holding the world right in my hands
The first thing I'd do
Is thank the stars above
Tell the world I love that I do

Yeah if I were you
If I were you
(If I were you, Hoobastank)

Tidak ada komentar: