Selasa, 04 November 2008

Terpuji atau Terhina??


Mari kita bercerita tentang salah seorang teman kita yang dikaruniai Tuhan hal-hal-yang-menyejukkan pandangan.

Alkisah dia sedang patah hati dan curhat sama saya. Intinya, ia tidak hanya sekali dia menjalin hubungan dengan seorang lelaki, namun selalu berhenti di tengah jalan. Dia merasa bahwa lelaki-lelaki itu hanya melihat dia dari fisiknya saja. Dia ada, tapi hanya sekedar untuk dipamerkan ke teman-temannya. Sekedar memoar of achievement bahwa sang lelaki bisa mendapatkan dirinya, yang cantik lagipula pintar. Teman kita merasa kesulitan untuk melihat lelaki mana yang benar-benar tulus menyukai dan menyayanginya.

Masih diliputi rasa gundah dan kecewa, ia berkata: "Enak ya jadi orang kayak kamu. Kalau ada orang yang bilang sayang sama kamu, pasti dia tuluuuuuus banget.."

Hm, detik itu, aku bingung. Apakah aku harus merasa terpuji atau terhina?
Harus seneng atau malah marah?

Aku yakin dia ga bermaksud buruk. Jadi kuputuskan untuk merasa terpuji. Dengan begitu aku bisa menghembuskan nafas dan bersyukur. "Ya, semoga saja... dear."

hehehe x)


rute baru ke-Hidupan



Sekarang, at least sampai akhir tahun ini, setiap hari aku akan keliling Bandung. Rumahku, yang notabene di ujung-Bandung-hampir-ekstrim-timur kini akan terbang ke ujung-Bandung-hampir-ekstrim-barat-rada-atas. Kedua ujung ekstrim itu sebenarnya dekat saja, hanya jika kita bisa memanfaatkan jalan layang Pasopati dengan optimal. Sayangnya, ga ada rute angkot lewat atas jalan layang. Jadinya ya kudu jalan bawah. Dan jalan bawah butuh waktu lama karena jalan Bandung tea kokomoan pada searah, jadi we kudu puputeran.


(perhatikan jalan lurus berwarna biru yang indah dan membelah Bandung ituh..)


Tentu saja rute-lurus-itu adalah rute ideal. Kalo saja bumi melengkung ke atas, tentu langsung keliatan dari rumah. Seperti layaknya aku bisa liat Gunung Manglayang dari rumah.

Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Dan untunglah, banyak jalan menuju Roma. Duh, tapi ko ga nyambung sih? Puputeran gituh? Apa pake ada acara pake transit di Pyongyang?

Let's get it on..



Pilihan vs. Komitmen


Ceritanya rumit. It's complicated. Saya ga pandai buat cerita singkat. Saya bisa cerita panjang, tapi ga semua mau baca dan ga semua orang ngerti. Jadi intinya... aku menerima hubungan jangka pendek dan (ternyata) melewatkan tawaran hubungan jangka panjang (yang datang kemudian). Padahal, hubungan jangka panjang ini udah kucari-cari sejak lama. It means saya mau banget. Bahkan, dengan maksud sambil menanti hubungan jangka panjang yang valuable seperti ini, saya menerima hubungan jangka pendek. Dengan alasan komitmen yang sudah lebih dulu dibuat dengan jangka pendek ini... i missed the hubungan jangka panjang. Bukan tidak mungkin hubungan jangka pendek yang sekarang ini akan menjadi hubungan jangka panjang. Namun jika harus memilih.. kayaknya saya mau berkembang di lahan lain saja=)

What am i thinking???

Yang pasti, ini tidak seperti apa yang kalian semua pikirkan. Dan tidak sesederhana satu paragraf. Jadi complicated karena ada pihak ketiga yang masih kuharapkan. Tapi dia belum ngasih kepastian. Istilahnya masih dalam proses. Chance-nya 50-50. Harusnya kesempatannya lebih gede, tapi salah strategi di awal.

Yang pasti, tidak ada pihak yang merugi atau dirugikan pihak tertentu. Ya, semoga saja. Dan semoga setiap pihak akan mendapatkan yang terbaik pada akhirnya. Ya, semoga.

Ya begitulah. Yang pasti ini tidak seperti apa yang kalian semua pikirkan. Dan saya akan menjalani yang ada di depan mata dengan sepenuh hati. Doakan semoga lancar ya=)


I'd do anything 4u, bcoz...


Berdasarkan pengalaman selama sebulan ini... ternyata ada tiga hal yang membuat orang akan bersedia "melakukan apa saja" buat kita.

1. Rasa bersalah
Siapa yang ngerasa pernaaaaaaaaaah? Untuk alasan yang satu ini, ntah kenapa sekarang lagi merasa mengeruk keuntungan dari rasa bersalah orang. Duh.. maaf ya, ga maksud ko.. Aku juga pernah ngerasa "i'll do anything 4u" karena rasa bersalah. Nah, rasa bersalah ini, termasuk dalam kualifikasi: lagi punya dosa terus kepergok. Supaya kita ga dilaporin, kita nyogok orang deh buat shut-up. "i'll do anything 4u" ini dimotivasi juga oleh rasa bersalah, bukan? Hm, coba ditilik: kenapa ga "i'll do something 4u"? karena.. bahkan ke hal2 yang berkonotasi negatif bakal dilakukan demi menghapus rasa bersalah. Dan tentunya, bisa aja ga cuma sekali kan? Hahaha..

2. Rasa cinta.
Ngakuuuuu... terutama yang lagi jatuh cintah. Ya ya.. ga ngaku juga gapapa. I'd do anything berasa ga dilakukan karena kita ngelakuin itu (sebenernya) untuk kesejahteraan diri sendiri juga. hehe5=p Rasanya seneng ajah ngelakuin segala hal buat orang yang kita sayang. Termasuk efek "rela berkorban" yang menyertainya. Dan soundtrack of the day-nya adalah "i'll give the whole world 4u". Bener ga..

3. Utang budi.
Atau secara halus: punya rasa terima kasih. Pada umumnya, utang budi punya muatan lebih besar daripada sekedar utang duit. Standar ngebalesnya sungguh sangat subjektif, karena ga ada itungan eksak untuk bikin impas. Kasarnya, semakin besar yang dilakukan orang untuk kita, semakin kita ngerasa punya utang budi yang harus dibales. Saking complicatednya, utang budi kadang dibalas dengan pemberian material berlebihan. Yang juga termasuk dalam kategori ini adalah: "kalau ada maunya", istilahnya nyogok. Kalau seperti ini, urusan pembalasan-budi bisa dobel. Before-after. Eksperimental banged dah.

Contoh masalah utang budi ini misalnya Siti Nurbaya. Kata sapa dia nikah dijodoin? Di roman aslinya, keputusan Siti untuk menikah dengan Datux Maringgih adalah inisiatif. Ortunya punya utang, biar lunas, dia ngorbanin cinta dan diri sendiri dengan menikah dengan The Datux. The Datux senanglah. Masa ada kucing nolak daging?


***

Pesan moralnya adalah..
Pertama. Kalau ada orang yang melakukan 3 hal di atas ke kita, jangan dimanfaatin dengan minta yang macem2 dong. Kan kesian. Menyukuri boleh, menerima juga ga dilarang, asal mereka tenang lagi aja. Bilang aja kita mah ikhlas... Kedua, jaga agar kita ga punya ketiga rasa diatas secara berlebihan. Kita ga mau kan kayak The Calling nyanyiin Adrienne "..u used me, used me up..."

Tulisan ini dibuat hanya untuk bersenang2. Inspired by sinetron jg tentunya=p

sandang-pangan-papan



Inget ga, dulu kita pernah diajarin masalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Didalam kebutuhan primer ada sub kategori; sandang, pangan, papan. Tapi seiring dengan kemajuan zaman, sandang-pangan-papan itu berkembang menjadi kebutuhan sekunder, bahkan tersier. Sesuatu yang tetap dicari dan ditambahkan walaupun kadarnya sudah lebih dari cukup.

Nah, ada 3 orang yang memiliki fokus pemenuhan kebutuhan yang berbeda. Ini adalah jenis kebutuhan primer yang berkembang sampai taraf tersier. life-style, bo.


1. Focus: sandang.
Nah, ini contohnya my tante yang bungsu, alias tante paling muda, dimana kalo lagi jalan bareng, kita kayak anak seumuran. Dia suka banget jalan-jalan. Utamanya belanja. Kita sebut saja Tante S. Tante S ini sangat suka belanja baju. Dari luar sampai dalam. Dari depan sampai belakang. Dari atas sampai bawah. Dari pokok sampai aksesoris. Tidak puas dengan membeli, beliau bersedia menjahit, asalkan sesuai dengan ukuran dan model yang diinginkan. Budget disesuaikan dengan diskon. Dan diskon terjadi setiap saat, bukan?

2. Focus: pangan.
Seorang sahabat yang berbahagia, sebut saja P. Dia itu.. juara deh kalo urusan wisata kuliner. Kalo dia gantiin Pak Bondan, ratingnya bakal meninggi. Kayaknya, di otaknya ada katalog list makanan enak (setidaknya) dari Bandung sampai Jakarta. Dia punya standar bagus. Kalo emang enak, berarti emang enak banget! Kalo kata dia ga recomended, ya biasanya bener. Jadi ga usah nyoba kalo ga mau rugi. Budget tampaknya tidak pernah jadi masalah. Dengan bahagia, kita disekelilingnya senantiasa kecipratan (traktiran) makanan. Ada tempat makan baru? Konsul dulu deh sama Mr.P (kayak merek snack=p).

3. Focus: papan.
Seseorang yang dulunya bercita-cita jadi arsitek berinisial R, sangat suka liat rumah-rumah dengan bentuk bagus. Termasuk segala furniture di dalamnya. Hobinya ngeliat desain rumah, ngecengin rumah-rumah bagus di kompleks-kompleks, liat TV yang berhubungan dengan griya, mupeng liatin kursi, kasur, lemari, rak buku, sofa dan meja di mall.. Things like that. Obsesinya disalurkan dengan maen The Sims. Sayangnya, rumahnya udah sesek dipenuhin barang-barang yang dibeli sama mamanya. Mengingat budget, maka ia baru bisa masuk bab ngumpulin brosur perumahan yang ada disainnya. Dan dia pikir, memiliki pendamping seorang arsitek bukanlah ide yang buruk..=p

Kamu termasuk yang mana?