Senin, 19 Mei 2008

Love You Lately

Backsound: Daniel Powter nyanyi Love You Lately.. Enaaaak banget=D

Ah.. mari kita bicara kembali tentang tarif. Ehm, esia melakukan penawaran yang sangat menarik. Sekarang kan lagi musim bayar bicara telepon per-detik. GSM mana sih yang ga per-detik sekarang? Ga mau kalah, Esia ikutan... dengan inovasi bayar sms per-karakter, ke semua operator!

Kalau kamu pake esia, walaupun pake 160 karakter (1 halamam sms biasa) tarifnya tetep 50 kok (sama ppn 5 rupiah). Kalau sms lintas operator dari esia, kamu pake 100 karakter ya bayar 100. Asik kan? Ini bukan sekenang kedar-kedaran. Ini sudah kami buktikan, sodara-sodara.

Efeknya? Yah, sms jadi ngirit kata2. Sekarang kalo mo sms-an, ga pake pantun kayak indosat, tapi to the point, kayak telegram. Sekarang juga zamannya sms pake emoticon doang.. ga sayang pulsa, karena tarifnya dihitung dalam satuan rupiah. So sweet juga sebenernya sms cuma tuker-tukeran senyum. Words don't seem like important anymore=p

Kebayang ya, suatu hari nanti, ada yang promo juga Rp 0,5 per karakter. Huahahaha... Teruslah bersaing, dear operator. Kami nantikan promo selanjutnya. Pesan: setialah sama pasangan anda, baik GSM atau CDMA. Pada akhirnya, ketika kita setia, dia akan menyenangkan kita. Nikmati kelebihan dan kekurangannya... Bersabarlah, dan kita akan bersyukur memiliki dia bersama kita.

Heu2, berlebihan ga sih? =p

Get Married

Heuheu, kapan ya? zaman ABG dulu, ketika kupikir umur 20 itu sangat dewasa, aku akan menikah di usia 23 (waktu itu belum mikirin apakah ada mempelai pria-nya atau engga). Setelah berumur 20 tahun, kayaknya umur 23 itu mungkin baru aja wisuda. Belum kerja. Belum ada bekel. Umur 23 malah mikir lagi, nge re-schedule.

Setelah Ratih, Ipeh, Vivie, Mio, di Psikologi dan beberapa temen SMA, sekarang ada undangan nikahan lagi. Kali ini nikahannya Irma, temen sekelas waktu SMA. Anak 5 yang dateng cuma sedikit, ga sebanyak biasanya. Maklum, orang-orang dah pada merantau keluar Bandung. Kebanyakan kerja atau nerusin S2 di Jakarta.

Aku dan Peperz, salah satu sobatku waktu SMA jadi heboh sendiri.. mengingat target 23 itu=p Sekarang kita sama-sama menilai itu jadi kurang realistis. "Sok atuh No, sekarang sama siapa kamu teh, cerita atuh.. masih sama ituh?" Ituh siapa... lagi. Ngarang aja nih Peperz. Trus Peperz bilang, kalau mau cepet nyusul jadi penganten, No, ambil melati dari penganten perempuan.. Itu tuh gunanya ada melati menjuntai di bahu penganten..

Salaman pertama pas cupika-cupiki, pas ngambil melatinya, refleks kubilang "bagi ya, Ir..". Irma komen sambil nyengir, "ye.. jangan ketahuan kali, No.." bersamaan dengan itu, she peperz nyubit pinggangku, seolah-olah bilang "she neno teh kumaha sih?!". Ibunya mempelai pria cuma senyum-senyum aja. Jadi maluuuu..

Sambil wisata kuliner, ngantri di bagian zupa-zupa, Peperz dan Nina bahas lagi. "Tong nepi ketauan, Nyo.. kalo ketauan, ntar kunanaon geura." Waduh, yang tadi itu parah banget emang ya?? Yah.. udah lah.. "Emang kenapa gitu, Perz?" dia cuma senyum, dan itu cukup bijaksana untuk jadi jawaban. Dari pada tersugesti macem-macem..

Cowo-cowo akhirnya dateng. Jam 1, pas pestanya udah selesai. Mereka dateng berempat, kayak F4. Wuih, kalo udah gede jadi pada ganteng gitu ya?? Jadinya, cowo yang dateng cuma ada 5. Kecenganku dulu juga dateng. hehehe5=p

Karena emang lagi seneng, jadinya banyak senyum sambil liatin orang-orang. Berfikir betapa udah dewasanya mereka. Udah pada sukses juga. Maurice, yang biasa kita panggil Iceu, komentar "Wah, Neno lagi observasi dan membuat kesimpulan nih.." Wakakak... benar sekali, dear.

At last, we're the last man standing.. setelah semua tamu pulang, kita mau minta foto lagi sambil salaman buat pamit. Cupika-cupiki lagi. She Peperz tampak seneng banget. Di luar gedung dia bilang "aku dapet dong, No.." sambil liatin sebutir biji melati di tangannya, dan gerombolan anak-anak ex-SMA itu ber cieh-cieh.

Ah, apakah Peperz yang selanjutnya?? Let's see then=)

Don't Worry, Be Happy

Senang atau Bahagia?

Senang adalah terpenuhinya tuntutan syahwat (kebutuhan dasar, red), misalnya sedang lapar menemukan makanan lezat, sedang haus menemukan minuman segar, sedang kesepian eh, ketemu teman, pas lagi butuh duit eh dapet kerjaan.

Bahagia muatannya lebih besar. Bahagia berhubungan dengan misteri yang sangat subyektif. Keberhasilan memiliki apa yang kita mau tidak diklaim sebagai prestasi. Kehadirannya adalah anugerah yang tidak ternilai. Kata Achmad Mubaroq, kebahagiaan itu datang dalam rangkaian kesulitan yang panjang dan bersifat alamiah, tapi ketika hadir tidak diakui sebagai prestasi.

Empat kata yang berhubungan dengan kebahagiaan:
- sa'adah (bahagia) --> nuansa angugerah Tuhan setelah kesulitan
- falah (beruntung) --> menemukan apa yang dicari
- najat (selamat) --> terbebas dari ancaman yang menakutkan
- najah (berhasil) --> perasaan bahagia karena yang diidam-idamkan akhirnya terkabul, padahal sebelumnya sudah pesimis.

Kesenangan bersifat horizontal, sedangkan kebahagiaan berdimensi horizontal dan vertikal. Orang masih dapat menguraikan anatomi kesenangan yang diperolehnya, tetapi akan sulit rasanya mengungkap rincian kebahagiaan yang dirasakannya.

Bahagia adalah sesuatu yang tidak kongkrit. Dan karena sifat subjektifnya, maka ga bisa diukur pake alat ukur standar.

Jadi sekarang ini, kamu lagi senang atau bahagia?

Unstoried Movie

Pada suatu waktu di suatu tempat, kulihat beberapa orang bergerombol di suatu tempat. Mereka tampak tertarik sama sesuatu di layar laptop. Dari efek suara yang terdengar, mereka lagi nonton film yang menonjolkan adegan visual tanpa alur cerita yang jelas, dan tentunya tanpa dialog yang meaning tea.

Yang aneh, ada salah seorang yang nampaknya cuek beybeh terhadap kehebohan itu. Dia duduk memisahkan diri dan sibuk sendiri dengan kerjaannya. Padahal sih, aku yakin dia pasti doyan, he5. "Ga ikutan?" tanyaku. "Udah bosen, yang itu gw dah punya." Hegh?

Aku yang biasanya heboh dan antusias terhadap segala sesuatu, kali itu agak males untuk ikutan heboh. Dari lantai yang berbeda, aku baru saja mendapat banyak treatment. Kepala puyeng dan lemes. "Ga ikutan, No?" katanya, tetep cuek beybeh dan fokus sama kerjaannya. Sebenernya waktu itu, seru juga kalo ku jawab dengan kalimat yang sama "Udah bosen, gw dah punya." Tapi, pasti ketauan boongnya...

"Jangan terlalu naif gitu deh.." I heard someone's comment. Dia ga bicara ke arah "ku", tapi mungkin aja ditujukan pada "ku".

Dengan muka bego yang ga bisa dikontrol waktu itu, aku mulai mikir.

Ada gunanya ga sih nonton itu? Yah, pasti ada kali ya... kalau kita mau eksplor ma berniat baik pada saat nonton (padahal ga ada ide, kira2 niat baik apa yang bisa melandasi nonton itu). Aku mulai mikir, kasian juga ya orang yang udah addict nonton itu. Mereka terbiasa liat yang "wah", standar mereka jadi tinggi, toh? Hal itu bisa berakibat si penonton ga pernah puas sama apa apa yang dia dapet misalnya (karena ga sesuai standar), akan banyak pertanyaan "kenapa kok...". Atau, efeknya malah ke diri sendiri. Karena terbiasa liat yang "wah", si penonton akan merasa rendah diri karena dia ga seperti ini atau dia ga seperti itu. Trus di waktu senggang ga ada kerjaan, bisa aja inget itu. Liat yang mirip bintangnya, inget lagi. Kayak lagunya Maia, heu.. aku mau makan, inget itu.. akau mau tidur, inget itu. aku mau pergi, inget itu..

Dipikir-pikir, masuk akal juga kalo ada larangan nonton itu sebelum waktunya. Untuk orang yang ga pernah "tau", dia ga akan mikir macem2. dia akan terima aja apa yang milik dia dan itulah standarnya. Cuma itu, karena ga ada yang bisa dibandingin. Ya udah, dia akan puas dengan apa yang ada dan dia akan eksplor sendiri sesuai dengan nalurinya.

Nah, beda, dengan orang yang udah ber-experience, baik vicarious atau pengalaman sendiri. Sudah ada mind-set di kepalanya. Dia akan bergulat dengan seperangkat standar. Sibuk membandingkan, seharusnya begini dan seharusnya begitu. Sibuk bertanya, kenapa begini dan kenapa begitu. Kecuali segala sesuatunya sama percis dengan apa yang ia lihat sebelumnya, ia akan sulit untuk merasa "cukup". Ini bukan hanya masalah ia membandingan apa yang dia mau dengan apa yang ia dapet. Ini juga berhubungan dengan diri sendiri. Jika menurut penilaiannya ia merasa tidak seperti yang seharusnya, dia akan jadi ga PD atau sibuk menghibur diri. sibuk menyayangkan diri sendiri. Padahal sih, ga ngaruh juga=p

Diskusi itu ga berhenti sampai di situ.

Katanya, "beda lah, No... liat doang sama kenyataan di lapangan. Pengalaman visual bisa jadi inspirasi, supaya lebih kreatif." Dan rasanya, mukaku kembali ter-set dari muka sok tau jadi muka bego lagi. Masa sih???

Ouw.. oke deh. Pendapat kita emang bisa beda, bro. Tapi tanah air kita tetep Indonesia kan ya? Dan bahasa kita juga tetep bahasa persatuan, Bahasa Indonesia kan ya? Diskusi berakhir, dan efek suara yang tadi sudah mulai tidak begitu terdengar lagi..


It's Not Over Yet

Waaah.. lamanya ga nge-blog. Ampir sebulan! Parah banget. Sok sibuk amat sih, padahal juga ga ngapa-ngapain. Hehehe... Tapi jangan salah, sebulan ga muncul bukan berarti ga pengen nulis.

Btw, sekarang mau ganti penyebutan diri ah. Ga "gw" lagi. Kan gw dah ga ABG. Pake "Aku?" ah, terlalu manis. Pake "saya?" ah, terlalu formal. Kayak mau ngapain aja. Pake aku aja deh, biar akrab.
Aku melewati beberapa akhir yang menakjubkan bulan ini. Suatu akhir yang besar. Aku berakhir sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad, dan aku berakhir sebagai menteri kesekretariatan BEM. Itu terjadi pada minggu pertama. Dengan berakhirnya kedua amanah itu, aku menjadi orang yang baru di kancah dunia (halah, lebay).


Tanggal 6, menjalani sidang dengan Alhamdulillah wasyukurillah, lancar. Penantian yang lama untuk forum dan sidang (lebih dari 3 bulan) ternyata membuahkan hasil. Akhirnya, aku mulai menjadi seorang Retno Wulandari S.Psi. Ga gitu berasa bedanya. Orang rumah juga ga heboh-heboh amat. Ga ada pelukan, ga ada makan-makan, ga ada hadiah atau tambahan uang saku.. (halah, maunya=p) Yah, memang ga perlu kali ya. Mereka bersyukur dan berbahagia untukku dengan cara mereka sendiri. Aku tahu, doa orang tua ga pernah putus. Dini hari saat matiin komputer, mamah baru bangun lagi untuk solat. Dan pagi ketika aku berangkat, mamah juga lagi solat. Hari kelulusan itu, sudah cukup terberkahi dengan makan es krim cone sederhana di Mc.D, ke toko buku sama Lusi dan Ijal sampai kamalinaan, nonton Iron Men di Blitz, pulangnya makan bakso Solo di Pasteur yang enak banget itu. Itu semua udah lebih dari cukup. Aku tidak bisa tidak bersyukur untuk semua yang terjadi hari itu...

Tanggal 9, kongres. Kami harus menyiapkan Laporan Pertanggungjawaban BEM 78. Walau perdebatannya agak alot, LPJ kami diterima juga. IPK keseluruhan 3,19 (lebih gede dikit dari IPK kelulusan saya) IPK buat Departemen Kesekretariatan 4, dong. Semuanya proker sesBEM dapet A, tapi masing-masing cuma 1 SKS sih, jadi ga ngaruh juga=p Selain seneng, ada beberapa hal yang bikin sedih juga.. Akhir-akhir ini, aku berasa ga berhasil membina tim sesBEM. Sebagai sekre, aku kerja sendiri, untuk kesenangan diri sendiri. Aku kurang mampu meng-kader mereka, terlalu memanjakan mereka. Entah memanjakan atau cenderung tidak peduli? Fungsi pengkaderan dan maintenance team dapet C nih. Maafkan ya teman-teman=S Kongres ga ada yang dateng.. kecuali satu orang, yang bergabung di tim ga lebih dari dua bulan sebelum bener-bener lengser.. All in all, makasih untuk kesempatan di BEM ya, Za.. Maaf kalau gw terlalu banyak bersenang-senang di BEM, not really to work. Untunglah yang semua kusuka adalah bagian dari jobdesc-nya.. Mengembangkan n-Ach dan n-Aff, tapi n-Powku ga jalan...


Tuntas sudah keduanya.Sekarang adalah awal dari sesuatu yang baru.
Perjuangan yang sebenarnya baru saja dimulai, kawan=D

let it go, let it roll right off your shoulder
don't you know? the hardest part is over
let it in, let your clarity define you
in the end, we will only just remember how it feels
our lives are made in these small hours
these little wonders, these twists & turns of fate
time falls away, but these small hours,
these small hours still remain
let it slide, let your troubles fall behind you
let it shine until you feel it all around you
and i don't mind, if it's me you need to turn to
we'll get by, it's the heart that really matters in the end

(Little Wonders, Rob Thomas)